Skip to content

Guru Kencing Berdiri, Murid Kencing Berlari

    Peribahasa “Guru Kencing Berdiri, Murid Kencing Berlari”adalah salah satu topic di pelajaran bahasa Indonesia pada waktu di Sekolah Dasar (SD). Masih teringat pada waktu mendengar peribahasa ini untuk pertama kalinya, saya dan teman-teman tertawa terbahak-bahak karena terdengar sangat lucu (bagaimana mungkin bisa kencing berlari?).

     

    Tetapi apabila kita telaah lebih lanjut arti peribahasa ini adalah seorang murid biasanya akan meniru apa yang dilakukan oleh gurunya. Maka itu janganlah memberikan contoh yang jelek pada murid.

     

    Sekolah musik Duta Nada percaya bahwa dari guru yang handal, akan diciptakan murid-murid yang berprestasi.  Selain harus menguasai kompetensi musik secara komprehensif, guru juga dituntut menguasai pengetahuan non-teknis seperti mengenal jiwa dan kemauan anak didik supaya belajar musik adalah sesuatu yang fun dan tidak membosankan.

     

    Dari tahun ke tahun, hal ini telah dibuktikan dengan tingkat kelulusan yang sangat memuaskan dari semua murid Dutanada yang mengikuti ujian ABRSM.

     

    Untuk hasil ujian ABRSM SPRING 2014,  ada 13 murid mendapatkan predikat DISTINCTION (sangat memuaskan), dan 8 murid mendapatkan predikat MERIT (memuaskan).  Apabila ada 24 murid yang mengikuti ujian ABRSM, statistik menunjukkan bahwa 87.5% murid Dutanada yang mengikuti ujian LULUS diatas rata-rata (Merit and Distinction).

     

    Apakah hasil ini suatu kebetulan belaka?  Tentu jawabanya TIDAK.  Karena tidak ada yang kebetulan di pendidikan musik.  Lagipula statistik  nilai lulus dari tahun ketahun menunjukkan hal yang sama.

     

    Anda pasti bertanya-tanya, apakah ada trik atau kiat supaya guru bisa meluluskan murid diatas rata-rata di ujian ABRSM?

     

    Sudah beberapa tahun ini, Sekolah Musik Duta Nada me-aplikasikan “self scoring” semua murid yang akan mengikuti ujian.  Self scoring adalah menilai  murid untuk semua lagu yang akan diuji beserta kemampuan teknikalitas musik oleh guru yang bersangkutan. Hal ini dilakukan tepat 1 minggu sebelum murid mengikuti ujian untuk menjaga kemampuan murid bermain dengan kualitas sama – pada waktu dilakukan self scoring dan pada saat ujian ABRSM.

     

    Pada waktu hasil ujian final didapat dari ABRSM, guru wajib melihat self scoring tersebut dan membandingkan nilai self scoring  dengan penguji ABRSM. Apabila ada deviasi yang sangat tajam dari hasil self scoring dan nilai final, guru harus belajar mengapa deviasi tersebut terjadi.  Deviasi ini tentunya bisa saja self scoring lebih bagus atau lebih jelek sekali. Semakin nilai self scoring mendekati dengan hasil penguji ABRSM, hasil tersebut makin baik.

     

    Self  scoring ini lah yang membuat para guru di Duta Nada mempunyai “judgement” atau penilaian yang makin baik dari tahun ke tahun. Ini pun tidak dapat dilakukan dengan hanya sekali saja, harus dilakukan secara konsisten tiap tahun dan dipelajari secara seksama.

     

    Artinya, kemampuan guru untuk dapat menilai seperti penguji ABRSM, harus di nurture cukup lama.  Bukan sesuatu yang instan dan mudah untuk didapatkan.

     

    Nah, apabila lebih 87.5% murid Sekolah Musik Duta Nada mendapatkan nilai diatas memuaskan, Anda dapat menilai sendiri bagaimana kualitas guru di sekolah musik Duta Nada.